Buka Bersama Masjid Baitul Jalal: Sinergi Filantropi dan Kaderisasi Keislaman

BUKITTINGGI, 27 Maret 2025 - Buka bersama yang diselenggarakan oleh Masjid Muhammadiyah Baitul Jalal pada 26 Maret 2025 bukan sekadar ritual keagamaan tahunan, tetapi juga representasi praksis sosial Islam yang berbasis filantropi dan kaderisasi. Dengan melibatkan 450 partisipan dari berbagai latar belakang, acara ini menjadi bentuk konkret implementasi nilai-nilai Islam dalam membangun solidaritas keumatan dan pembinaan generasi penerus Muhammadiyah. Melalui pendekatan teologis, kegiatan ini menegaskan peran masjid sebagai pusat dakwah dan pendidikan, serta sebagai institusi sosial yang berfungsi dalam mengentaskan problematika umat.

Masjid dalam struktur sosial Islam memiliki peran multidimensional yang tidak terbatas pada fungsi ibadah, tetapi juga sebagai pusat transformasi intelektual, pendidikan, dan pemberdayaan sosial. Dalam konteks Muhammadiyah, masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga episentrum dakwah yang mengarah pada pembentukan kader ulama dan pemimpin umat.

Masjid Muhammadiyah Baitul Jalal mengemban peran strategis dalam membangun solidaritas keislaman melalui kegiatan yang menginternalisasikan nilai-nilai kebersamaan, filantropi, dan kaderisasi. Acara buka bersama ini menjadi instrumen penting dalam pemberdayaan kelompok rentan, termasuk anak-anak yatim, penyandang disabilitas netra, serta santri dan kader muda Muhammadiyah.

Kegiatan ini dirancang dengan pendekatan partisipatoris yang mengintegrasikan aspek ritual, sosial, dan edukatif. Para peserta terdiri dari:

  • 167 anak panti asuhan beserta 26 pengasuh,
  • 30 anak yatim dari lingkungan sekitar masjid,
  • 27 anggota PORTUNI (Persatuan Tuna Netra Indonesia) beserta pendampingnya,
  • 20 murid MDA Masjid Muhammadiyah Baitul Jalal, serta
  • Sejumlah alumni Remaja Masjid Muhammadiyah Baitul Jalal.

Keterlibatan berbagai elemen masyarakat dalam acara ini memperlihatkan sinergi antara struktur sosial keislaman dengan prinsip inklusivitas dan kepedulian kolektif.

Acara ini secara resmi dibuka oleh Ketua Pengurus Masjid Muhammadiyah Baitul Jalal, Dr. H. Muhammad Taufiq, M.Ag., yang dalam sambutannya menegaskan peran strategis panti asuhan dalam membentuk generasi penerus Muhammadiyah. Panti asuhan tidak hanya sebagai institusi perlindungan sosial, tetapi juga sebagai lembaga kaderisasi ulama dan intelektual Muslim yang akan melanjutkan perjuangan dakwah dan tajdid Muhammadiyah. Dalam paradigma ini, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pembinaan kader yang berorientasi pada transformasi umat.

Lebih lanjut, kehadiran kelompok tuna netra dalam acara ini menegaskan dimensi inklusivitas Islam. Dalam perspektif teologis, Islam adalah agama yang menjunjung tinggi prinsip rahmatan lil ‘alamin, yang menekankan kesetaraan, keadilan sosial, dan pemberdayaan komunitas marjinal. Oleh karena itu, keterlibatan penyandang disabilitas dalam acara keagamaan ini menjadi refleksi nyata dari prinsip kesetaraan dan kepedulian sosial yang dianjurkan dalam ajaran Islam.

Setelah sesi buka puasa bersama, acara dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh seorang tokoh agama setempat. Doa ini tidak hanya bersifat spiritual, tetapi juga memiliki dimensi sosial dengan tujuan meneguhkan persatuan dan mengokohkan solidaritas umat dalam menghadapi tantangan kehidupan. Keberkahan Ramadan diharapkan dapat dirasakan oleh semua pihak tanpa melihat latar belakang sosial-ekonomi mereka.

Sebagai manifestasi kepedulian sosial, acara ditutup dengan pemberian santunan kepada anak-anak panti asuhan, anak yatim di sekitar masjid, serta para tuna netra yang diundang. Santunan ini diberikan dalam bentuk uang tunai serta paket kebutuhan pokok sebagai bentuk realisasi ajaran Islam tentang zakat dan sedekah sebagai instrumen distribusi kesejahteraan ekonomi.

Terselenggaranya acara buka bersama ini menjadi bukti konkret bahwa Masjid Muhammadiyah Baitul Jalal tidak hanya menjalankan ajaran Islam dalam bentuk ritual keagamaan, tetapi juga mengaktualisasikannya dalam bentuk pemberdayaan sosial. Peran masjid sebagai pusat kajian Islam dan transformasi sosial semakin ditekankan dengan adanya kegiatan yang bersifat inklusif dan berorientasi pada pembangunan kapasitas umat.

Ke depan, kegiatan serupa perlu dikembangkan dengan pendekatan yang lebih sistematis dan berkelanjutan agar dampaknya lebih luas, terutama dalam aspek pembinaan generasi penerus Islam. Masjid Muhammadiyah Baitul Jalal berkomitmen untuk terus menjadi pusat pembelajaran Islam yang tidak hanya menumbuhkan aspek spiritual, tetapi juga membangun kesadaran sosial dan intelektual dalam rangka menciptakan peradaban Islam yang lebih maju dan berkeadilan.

Dengan demikian, acara ini bukan sekadar perayaan berbuka puasa, tetapi merupakan manifestasi dari nilai-nilai Islam yang bersifat inklusif, transformatif, dan berorientasi pada kemaslahatan umat.