Konsolidasi dan Penguatan Dakwah Mubaligh Muhammadiyah Bukittinggi

Bukittinggi, 29 Maret 2025 — Dalam rangka memperkuat peran mubaligh sebagai aktor utama dalam transformasi sosial berbasis nilai-nilai Islam, Krop Mubaligh Muhammadiyah Bukittinggi menggelar konsolidasi strategis di Masjid Muhammadiyah Baitul Jalal, Kota Bukittinggi. Kegiatan yang berlangsung dari pukul 09.00 hingga 11.30 WIB ini dihadiri oleh ulama Muhamamdiyah, termasuk Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bukittinggi, Majelis Tabligh, serta para mubaligh yang telah aktif dalam dakwah selama bulan Ramadhan.

Reformulasi Metodologi Dakwah di Era Digital

Sebagai bagian dari sesi pembuka, Dr. Muhammad Taufiq, M.Ag., Majelis Tabligh Muhammadiyah Bukittinggi, menyampaikan eksposisi akademik tentang paradigma baru dalam dakwah kontemporer. Beliau menyoroti pentingnya adaptasi mubaligh terhadap perubahan sosial, di mana pendekatan dakwah tidak lagi terbatas pada komunikasi satu arah, tetapi harus bersifat dialogis dan responsif terhadap kebutuhan mad'u (objek dakwah). Dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, mubaligh dituntut untuk mengoptimalkan media digital sebagai instrumen dakwah, mengingat era disrupsi telah menggeser pola konsumsi informasi masyarakat dari ruang fisik ke ranah digital. Oleh karena itu, perumusan metodologi dakwah yang berbasis media daring menjadi langkah imperatif dalam memastikan efektivitas penyebaran ajaran Islam yang moderat dan inklusif.

Integrasi Tasawuf dan Fikih dalam Konteks Dakwah

Setelah sesi metodologi dakwah, peserta mendapatkan pengayaan intelektual melalui kajian tasawuf dan fiqih yang disampaikan oleh Prof. Dr. Busyiro, M.A. Diskursus tasawuf dalam kerangka dakwah Muhammadiyah ditekankan sebagai instrumen penting dalam pembentukan karakter mubaligh yang memiliki keseimbangan antara aspek intelektual dan spiritual. Kajian ini juga menyoroti peran tasawuf dalam membangun kesadaran transendental yang dapat memperkuat daya tahan mubaligh dalam menghadapi tantangan dakwah di tengah derasnya arus sekularisme dan materialisme.

Sementara itu, kajian fikih menelaah problematika hukum Islam kontemporer yang kerap dihadapi dalam interaksi mubaligh dengan masyarakat. Dalam forum ini, Prof. Dr. Busyiro menekankan pentingnya memahami fiqh al-waqi’ (fikih realitas) sebagai pendekatan untuk merespons persoalan sosial-keagamaan secara kontekstual. Globalisasi, migrasi, dan perubahan sosial-ekonomi telah menciptakan dinamika baru dalam masyarakat Muslim, sehingga menuntut fleksibilitas dalam pendekatan fikih agar tetap relevan dengan kebutuhan umat.

Penguatan Jaringan dan Sinergi Dakwah

Selain sebagai wadah diskursus akademik, kegiatan ini juga menjadi momentum untuk memperkuat jaringan dakwah di Bukittinggi. Konsolidasi ini menggarisbawahi pentingnya sinergi antarmubaligh dalam membangun ekosistem dakwah yang inklusif dan transformatif. Dalam diskusi strategis, disepakati perlunya ekspansi dakwah ke sektor-sektor strategis seperti pendidikan, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan. Keterlibatan aktif mubaligh dalam pemberdayaan masyarakat berbasis nilai-nilai Islam diharapkan dapat menghadirkan dampak nyata dalam penguatan umat.

Apresiasi bagi Mubaligh Muda dan Penguatan Spirit Dakwah

Sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi mubaligh muda dalam menyebarkan risalah Islam selama bulan Ramadan, Krop Mubaligh Muhammadiyah Bukittinggi menyerahkan sarung sebagai simbol komitmen terhadap dakwah berkelanjutan. Pemberian sarung ini bukan sekadar simbolik, tetapi juga refleksi dari nilai keteladanan yang diemban oleh mubaligh dalam menjaga marwah dakwah Islam di tengah dinamika sosial yang terus berkembang. Para mubaligh muda diharapkan terus meningkatkan kompetensi mereka baik dalam aspek keilmuan Islam maupun dalam strategi komunikasi dakwah yang lebih kontekstual dan responsif terhadap perubahan zaman.

Tantangan Dakwah dan Agenda Ke Depan

Dalam sambutannya, H. Gafnel, S.H.I., M.H., selaku Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bukittinggi, menggarisbawahi tantangan dakwah di era post-modernisme yang menuntut mubaligh untuk tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memahami dinamika sosial, budaya, dan politik. Beliau menegaskan bahwa dakwah tidak boleh terjebak dalam pola normatif yang eksklusif, tetapi harus berkembang menjadi dakwah yang solutif dan berbasis riset. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas mubaligh melalui pendidikan berkelanjutan dan forum akademik harus terus dioptimalkan agar dakwah Islam dapat menjawab kebutuhan umat dengan pendekatan yang berbasis ilmu dan argumentasi yang kuat.

Dengan terselenggaranya konsolidasi ini, diharapkan terjadi peningkatan kualitas dakwah Muhammadiyah di Bukittinggi. Dakwah yang berkemajuan bukan hanya ditandai oleh kontinuitas penyampaian ajaran Islam, tetapi juga oleh kapasitas mubaligh dalam menawarkan solusi berbasis keilmuan terhadap problematika sosial. Semangat dakwah yang terus berkobar diharapkan dapat menjadi katalisator bagi terwujudnya masyarakat yang beradab dan berorientasi pada nilai-nilai Islam yang autentik. Melalui sinergi dan inovasi dakwah, Muhammadiyah berkomitmen untuk terus menghadirkan Islam sebagai solusi bagi tantangan zaman, baik dalam skala lokal maupun global.